Kerajaan Mataram Lama
Kerajaan
Mataram Lama terletak di Jawa Tengah, letak tepatnya di Magelang. Pusat
pemerintahannya terletak diperkirakan diantara daerah Kedu sampai sekitar
Prambanan. Sumber-sumber sejarah kerajaan Mataram Lama diketahui dari
prasasti-prasasti Kerajaan Mataram Lama, yaitu :
1. Prasasti Canggal, ditemukan di desa Canggal.
Berbentuk batu tulis dengan huruf Pallawa berbahasa Sansekerta (732 M, Raja
Sanjaya memeluk agama Hindu Siwa)
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di sebelah timur
Yogyakarta. Berangka tahun 778 M, dengan huruf Pranagari berbahasa Sansekerta.
(Raja Rangkai Panangkaran [Kerajaan Syailendra] mendirikan bangunan suci {Dewi
Tara}dan biara {Pendeta})
3. Prasasti Kedu/Mantyasih, ditemukan di Kedu, tertulis
di lempeng tembaga berangka tahun 907 M. (Pemberian hadiah tanah kepada 5 patih
di Mantyasih yang berjasa besar. Dan juga nama raja-raja yang pernah berkuasa
di Kerajaan Mataram Lama)
Raja-raja
yang pernah memerintah Kerajaan Mataram Lama adalah Raja Sanna, Raja Sanjaya,
Raja Wawa, dan Mpu Sindok. Pada saat jaman pemerintahan Raja Sanjaya,
kemakmuran dan kejayaan dipertahankannya. Setelah masa pemerintahan Rakai
Panangkaran berakhir, Mataram Lama terpecah menjadi 2. Raja Mataram yang
terakhir, yaitu pada tahun 924 M – 929 M adalah Raja Wawa. Pada saat Raja Wawa
memerintah, banyak terjadi kekacauan dalam negeri. Setelah Raja Wawa wafat,
kekuasaan dipegang oleh Mpu Sindok.
Keruntuhan
Kerajaan Mataram Lama semakin jelas saat pemerintahan Mpu Sindok. Keruntuhan
yang dialami oleh Kerajaan Mataram Lama adalah karena adanya perang
antarsaudara dan Mpu Sindok memindahkan letak serta mengganti nama dinastinya
menjadi Dinasti Isyana.
Kerajaan
Mataram Lama berakhir di Jawa Timur digantikan dengan Kerajaan Medang.
Kerajaan Medang
Kerajaan Medang terletak di Jawa Timur dan didirikan
oleh Mpu Sindok. Pusat pemerintahannya di Watan Mas, sekitar Lembah Sungai
Brantas. Prasasti-prasasti peninggalan dari kerajaan Medang yang menunjukkan sejarah
kerajaan Medang adalah :
1. Prasasti Mpu Sindok dari daerah Jombang. Ditemukan
di Desa Tangeran dan berangka tahun 833 M. (Mpu Sindok memerintah bersama
permaisurinya, Sri Wardhani Pu Khbin)
2. Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil. Ditemukan di
Bangil tanpa tertulis tahun. (Mpu Sindok memerintahkan pembuatan candi untuk
tempat pemakaman ayah dari permaisurinya yang bernama Rakyan Bawang)
3. Prasasti Mpu Sindok dari daerah Ngajuk. Ditemukan di
Desa Lor, Ngajuk Jawa Timur (terdapat di candi Ngetos) dan berangka tahun 929
M. (Mpu Sindok memerintahkan pembuatan candi bernama Jayamrata an Jayastambha [tugu kemenangan], peringatan Kerajaan
Medang memperoleh kemenangan dalam melawan pasukan Sriwijaya di Desa Anjuk
Ladang)
4. Prasasti Kalkuta. Tidak berangka tahun. Ditulis oleh
Airlangga. (Silsilah keturunan Mpu Sindok)
Selain dari prasasti-prasasti, sejarah Kerajaan
Medang juga dapat ditemukan dari Berita Cina dan Berita India.
Berita Cina : Ditulis pada masa Dinasti Sung. Menjelaskan bahwa
diantara Kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan yang berada di Jawa sedang terjadi
pertikaian.
Berita India : Menyatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan
dengan kerajaan-kerajaan lain di India untuk menahan serangan dari Medang
Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
Sejak berdirinya hingga berakhirnya
Kerajaan Medang, raja-raja yang memerintah di sana adalah Mpu Sindok (929 M –
947 M), Sri Isyana Tunggawijaya (947 M – 990 M), Dharmawangsa (991 M – 1016 M),
dan terakhir Airlangga (1019 M – 1042 M).
Mpu
Sindok bergelar Sri Maharaja Rakai-i-Hino Isyana Wikramadharmutunggadewa. Mpu
Sindok memeluk agama Hindu Siwa, namun membuat kitab suci agama Buddha Tantraya
(Sang Hyang Kamahayanika). Setelah meninggal, kedudukannya sebagai raja
digantikan oleh seorang ratu yang merupakan putrinya yang bernama Sri Isyana
Tunggawijaya. Sri Isyana Tunggawijaya kemudian menikah dengan Lokapala dan
melahirkan anak laki-laki bernama Makutawangsawardhana. Makutawangsawardhana
kelak kemudian akan menggantikan ibunya.
Dharmawangsa
adalah seorang raja yang gagah berani. Nama lengkapnya adalah Sri Dharmawangsa
Teguh Anantawikramatunggadewa. Ia bercita-cita dapat menguasai seluruh Jawa dan
daerah lain disekitarnya. Untuk mewujudkannya, Dharmawangsa menyerbu dan
berhasil melemahkan Sriwijaya. Kerajaan mendapatkan masa puncak kejayaannya
saat pemerintahan Airlangga yang bergelar Sri Maharaja Rakai Halu Lokeswara
Airlangga Anantawikramatunggadewa. Untuk menghindari adanya perebutan kekuasaan
di antara kedua putranya, Airlangga lalu memecah kerjaan menjadi dua dengan
bantuan Mpu Bharada.
1. Kerajaan Kediri : Beribu kota di Daha dan diperintah
oleh Samarawijaya
2. Kerajaan Jenggala : Beribu kota di Kahuripan dan
diperintah oleh Mapanji Garasakan
Kedua
kerajaan ini nantinya akan hancur karena perang saudara.
Peninggalan lainnya adalah kitab Arjunawiwaha
karangan Mpu Kanwa. Kerajaan Medang juga banyak membangun tempat suci dan
asrama yang membangun jiwa toleransi rakyat yang besar.
Hancurnya Kerajaan Medang dikenal dengan Pralaya dimana saat itu tahun 1016,
Dharmawangsa sedang melangsungkan pernikahan putrinya dengan Airlangga ketika
Raja Wurawari yang dibantu oleh Kerajaan Sriwijaya secara mendadak menyerang
Kerajaan Medang.
Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri terletak di Jawa Timur, di sekitar
Sungai Brantas, dan beribu kota di Daha. Sejarah kerajaan Kediri terdapat dalam
prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Kediri :
1.
Prasasti Sirah
Keting, berangka tahun 1104 M. Berisi tentang pemberian hadiah berupa tanah dari Raja Jayawana kepada rakyat desa.
2.
Prasasti
Tulungagung dan Kertosono, diperkiran berangka tahun 1118 M – 1130 M. Berisi
tentang permasalahan yang berkaitan dengan hal keagamaan.
3.
Prasasti
Ngantang, berangka tahun 1135 M. Berisi tentang Jayabaya memberikan hadiah
berupa tanah yang bebas dari pajak kepada rakyat di Desa Ngantang.
4.
Prasasti Jaring,
berangka tahun 1181 M, ditulis oleh Raja Gandra. Berisi tentang sejumlah nama
hewan yang dijadikan pangkat atau gelar pejabat kerajaan Kediri (misalnya Kebo Waruga atau Tikus Jinada)
5.
Prasasti
Kamulan, berangka tahun 1194 M. Berisi tentang Kertajaya yang berhasil mengalahkan
musuh yang menggangu istana di Katangkatang.
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri
antara lain adalah Sri Samarawijaya (1040 – 1059 M), Sri Bameswara (1112 – 1130
M), Jayabaya (1135 – 1157 M), Sri Sarweswara, Aryeswara, Sri Gandra, Kameswara
(1182 – 1185 M), dan terakhir Kertajaya atau Dandang Gendis (1185 – 1222 M).
Sri Samarawijaya ketika memerintah, antara Kerajaan
Kediri dengan Kerajaan Jenggala selalu muncul pertikaian yang memperebutkan
wilayah kekuasaan. Pada saat masa pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri
mengalami masa kejayaan. Pada masa pemerintahan Jayabaya, Mpu Sedah berhasil
menyusun kitab Baratayudha, di dalamnya terdapat nama Jayabaya, karyanya
dilanjutkan oleh Mpu Panuluh. Jayabaya menulis buku Jangka Jayabaya atau
Keropak Jayabaya yang mana di dalamnya terdapat ramalam Jayabaya yang menulis
‘kelak akan ada Ratu Adil yang akan memerintah Indonesia’.
Pada masa pemerintahan Kertajaya, banyak terjadi
perselisihan dengan kaum Brahmana yang dimanfaatkan oleh Ken Arok. Upaya Ken
Arok untuk merebut Kerajaan Kediri pun berhasil dengan cara menyerbu Kerajaan
Kediri dan pertempuran benar-benar terjadi Desa Ganter tahun 1222 M. Kertajaya
gugur dan berakhirlah Kerajaan Kediri.
Namun, masih ada prestasi-prestasi dan peninggalan
lainnya selain prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Kediri, yaitu Candi Tuban,
Candi Panataran, Candi Tangkilan, Keropak Jayabaya (Jayabaya), Cerita
Gatutkacasraya dan Hariwangsa (Mpu Panuluh) serta Kitab Baratyudha (Mpu Sedah).
Kerajaan Kediri juga membuat dua prestasi, yaitu memiliki mata uang emas dan
memeliki aturan pajak yang baik.
Kerajaan Singasari
Setelah Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, ia
segera membangun dinasti baru yang diberi nama Dinasti Rajasa dan sekaligus
mendirirkan Kerajaan baru bernama Singasari pada tahun 1222 M. Kerajaan
Singasari terletak di Malang, Jawa Timur. Sumber sejarah-sejarah Kerajaan
Singasari berasal dari beberapa kitab, peninggalan purbakala, dan berita Cina.
1.
Prasasti Mula
Malurung yang dikeluarkan oleh kerabat Raja Singasasri pada masa pemerintahan
Wisnuwardhana. Berisi tentang keadaaan politik Kerajaan Singasari tahun 1255 M.
2.
Kitab Pararaton
yang menceritakan tentang keberadaan raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan
Singasari, salah satunya Ken Arok. Di kitab ini diceritakan bahwa Ken Arok
adalah anak titisan Dewa Brahma yang dilahirkan oleh wanita petani. Saat muda,
Ken Arok dilindungi oleh dewa-dewa apa pun aktivitasnya. Dengan bantuan
Danghyang Lohgawe, Ken Arok dapat mengabdi kepada Tunggul Ametung (Bupati di
Tumapel).
3.
Kitab
Nagarakartagama yang Menjelaskan hubungan silsilah raja-raja Majapahit dengan
raja-raja Singasari.
4.
Berita Cina yang
Menyatakan bahwa Kaisar Khubilai Khan dari Cina mengirim pasukkannya untuk
menyerang Singasari.
5.
Candi dan arca.
Candi Singasari (tempat penyimpanan abu raja Kartanagara), Candi Kidal (tempat
menyimpan abu Anusapati), Arca Ken Dedes, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi.
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari adalah
Ken Arok (1222 – 1227
M), Anusapati atau Kalagemet (1227 – 1248 M), Tohjaya (1248 M), Ranggawuni
(1248 – 1268 M), dan Kartanagera atau Joko Dolok (1268 – 1292 M).
Setelah Ken Arok berhasil
mengalahkan Tunggul Ametung, kedudukan Tunggul Ametung digantikan oleh Ken
Arok. Istri Tunggul Ametung, Ken Dedes, diperistri oleh Ken Arok. Kemudian, ia
mempersatukan wilayah Tumapel dan Kediri menjadi Kerajaan Singasari. Anusapati
naik tahta menggantikan Ken Arok dan memerintah selama 21 tahun.
Tohyaja naik tahta Setelah ia mengalahkan Anusapati
dengan perlombaan menyabung ayam. Tohyaja hanya memerintah beberapa bulan saja
karena pemerintahannya selalu diberontak oleh saudara tirinya, Ranggawuni dan
Mahesa Campaka. Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana, namun pada prasasti
Maribog, Ranggawuni bergelar Mapanji Sminingrat. Ranggawuni dibantu oleh Mahesa
Campaka yang menjabat sebagai Ratu Angabaya dengan gelar Narasinghamurti.
Kartanagara naik tahta menggantikan ayahnya (Ranggawuni)
dan bergelar Sri Maharajadhiraja Sri Kartanagara. Ia merupakan raja terbesar di
Singasari. Pada masa pemerintahannya ia berkali-kali mendapat utusan dari
Kubilai Khan. Kartanagara mendapat ancaman yang sangat serius, namun
Kartanagara tetap tidak mau mengakui kekuasaan Cina-Mongol. Ia pun membuat
garis pertahanan “Pahang – Tanjungpura”. Tahun 1289, dating rombongan utusan
dari Kerajaan Cina-Mongol, dipimpin oleh Meng-ki agar Kertanagara mengakui
kekuasaan Kaisar Kubilai-Khan. Raja Kartanagara menolak dengan cara melukai
utusan dan disuruh pulang. Upaya untuk membalasnya, Khubilai-Khan
(Kubilai-Khan, atau juga bisa Kublai-Khan) menyiapkan tentara untuk
menghukumnya, namun karena perjalan jauh dari Cina ke Jawa butuh waktu yang
lama, maka tahun 1292 M, ketika tentara Cina sudah sampai, Raja Kartanagara
sudah gugur karena diserang oleh Jayakatwang dari Kediri. Tamatlah riwayat
Kerajaan Singasari karena sudah dikuasai oleh Jayakatwang.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari antara
lain adalah Candi Kidal, Candi Jago, Patung Ken Dedes, Patung Joko Dolok. Singasari
juga sudah berhasil menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka.
Kerajaan
Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya terletak di . Prasasti-prasasti
yang menunjukkan sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah :
1.
Prasasti Kedudukan
Bukit, berangka tahun 683 M. Ditemukan di dekat kota Palembang. Berisi tentang
Dapunta Hyang melakukan perjalanan untuk mendapatkan Siddhyatra.
2.
Prasasti Talang
Tuo, ditemukan di sebelah barat Palembang, berangka tahun 684 M. Menceritakan
tentang pembuatan Taman Srikseta oleh Daputa Hyang untuk kemakmuran rakyat.
3.
Prasasti Telaga
Batu, ditemukan di dekat Palembang. Menceritakan tentang kutukan terhadap siapa
pun yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah raja.
4.
Prasasti Karang
Berahi, ditemukan di pedalaman Provinsi Jambi, berangka tahun 686 M.
Menceritakan tentang permintaan kepada dewa untuk menghukum orang yang menjahati
Sriwijaya.
5.
Prasasti Kota
Kapur, ditemukan di Kota Kapur, berangka tahun 686 M. Menceritakan tentang usaha
Sriwijaya untuk menundukkan Tarumanegara yang dipandang tidak setia kepada
Sriwijaya.
6.
Prasasti Palas
Pasemah, ditemukan di Lampung. Menceritakan tentang Lampung Selatan yang telah
diduduki Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 M.
7.
Prasasti Bukit
Siguntang, ditemukan di Palembang dalam bentuk arca Buddha.
8.
Prasasti Ligor,
ditemukan di Thailand, berangka tahun 775 M. Terdiri dari dua bagian, depan dan
belakang. Bagian depan Berisi tentang bangunan Trisamaya Caiya, Awalokiterwara,
dan Wajrapani. Bagian belakang Berisi tentang Raja Wisnu dan keluarga Sri
Maharaja Syailendra.
9.
Prasasti Kanton,
menceritakan tentang bantuan Raja Sriwijaya dalam memperbaiki kuil agama di
Thao di Kanton.
10. Prasasti Nalanda, ditemukan di Benggala, India,
berangka tahun 860 M. Menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa membangun tempat
tinggal untuk pelajar dan sebuah biara.
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya
adalah Dapunta Hyang, Balaputradewa, dan Sanggrama Wijayatunggawarman.
Dapunya Hyang, sejarahnya dapat diketahui dari
Prasasti Kedudukan Bukit. Dapunta Hyang berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya sampai ke Jambi dengan menduduki daerah Minangatamwan. Sejarah
Balaputradewa dapat kita lihat dari Prasasti Nalanda. Sanggrama
Wijayatunggawarman adalah raja yang membantu memperbaiki kuil agama Thao di
Kanton.s
Sriwijaya adalah kerajaan maritim. Puncak
kejayaannya berada pada abad ke-8 dan ke-9, ketika itu masa pemerintahan Raja
Balaputradewa. Tahun 850 M, ia naik tahta dan membangun kerajaan yang besar dan
wilayah kekuasaan yang sangat luas. Salah satu wilayah kekuasaannya adalah
ekonomi perdagangan pelayaran Asia Tenggara. Namun, Kerajaan Sriwijaya hancur karena
banyaknya perang, wilayah taklukan banyak yang melepaskan diri, dan wilayah
kekuasaannya terlalu besar. Candi yang ditinggalkan oleh Kerajaan Sriwijaya
adalah Prasasti Muara Takus.
Kerajaan
Majapahit
Kerajaan Majapahit berdiri tahun 1293 M dengan pusat
pemerintahan di Mojokerto. Sejarah-sejarah kerajaan Majapahit dapat dilihat
dari prasasti-prasastinya dan kitabnya :
1.
Prasasti Bulak,
ditulis oleh Raden Wijaya tahun 1294 M, Berisi tentang peristiwa Keruntuhan
Singasari dan perjuangan Raden Wijaya mendirirkan Kerajaan Majapahit.
2.
Kitab Sutasoma,
karya Mpu Tantular yang terdapat kalimat “Bhineka Tunggal Ika”, digunakan untuk
Menyatakan ajaran Hindu-Buddha berbeda namun memiliki asas yang sama.
3.
Kitab
Nagarakertagama, karya Mpu Prapanca yang Berisi tentang Silsilah Kerajaan
Singasari dan perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
4.
Kitab Pararaton,
Berisi uraian riwayat pemerintahan Kerajaan Singasari dan Majapahit.
5.
Kidung Harsawijaya
dan Kidung Wijayakrama, berisi kisah Raden Wijaya mengahadapi musuh dari Kediri
dan awal perkembangan Kerajaan Majapahit.
6.
Kidung Sundalaya,
berisi “Peristiwa Bubat ” dalam upaya Majapahit menguasai Kerajaan Pakuan
Pajajaran yang belum mengaku kekuasaan Kerajaan Majapahit,
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Majapahit adalah
Raden Wijaya (1293 – 1309 M), Jayanegara atau Kala Gemet (1309 – 1328 M),
Tribhuwanatunggadewi (1328 – 1350 M), Hayam Wuruk (1350 – 1389 M), Wikrama
Wardhana (1389 – 1429 M), Wikramawardhana (1429 M), Suhita (1429 – 1447 M), Kertawijaya
(1447 – 1451 M), Rajawardhana (1451 – 1453 M), Purwawisesa (1456 – 1466 M), dan
Simba Wikramawardhana (1466 – 1478 M).
Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit setelah ia
memanfaatkan ketidaktahuan pasukan Cina-Mongol untuk menyerang Kediri dan
membunuh Jayakatwang serta Ardharaja. Tahun 1292 M, dengan dukungan rakyat dan
pasukan Singasari, Raden Wijaya naik tahta menjadi raja dengan gelar Kertajasa
Jayawardhana, namun tahun 1309 M, Raden Wijaya wafat. Jayanegara bergelar Sri
Jayanegara. Diantara pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Majapahit,
Kuti adalah pemberontak yang paling berbahaya karena berhasil menduduki ibu
kota dan hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Berkat usaha Gajah Mada, Kuti
berhasil ditumpas. Berkat jasanya, Gajah Mada menjadi patih Kahuripan dan
Kediri.
Penguasa berikutnya Putri Gayatri,
namun beliau telah menjadi seorang bhiksuni, jadi diwakili oleh putrinya,
Tribhuwanatunggadewi. Dengan gelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Tribhuwanatunggadewi
menikah dengan Cakradara dan melahirkan Hayam Wuruk tahun 1334 M. Pada saat
memerintah, terjadi pemberontakkan Sadeng. Berkat usaha Gajah Mada, tahun 1331
M ia diangkat menjadi mahapatih Kerajaan Majapahit. Tahun 1350, Gayatri wafat,
dan putrinya menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Hayam Wuruk yang baru
berusia 16 tahun.
Hayam Wuruk naik tahta dan
mendapatkan gelar Rajasanegara yang menjadi raja terbesar di sejarah Kerajaan
Majapahit. Hayam Wuruk dibantu oleh Gajah Mada dalam hal pemerintahan dan sipil
maupun militer. Upaya mensatukan Kerajaan Pajajaran ke dalam kekuasaan
Majapahit, Gajah Mada menikahkan Hayam Wuruk dengan Diah Pitaloka, putri Sri
Baduga Maharaja. Upaya ini semula berjalan lancar, namun ketika sedang
melangsungkan pernikahan, rombongan Pajajaran datang karena adanya perselisihan
paham. Akhir tahun 1364, Gajah Mada wafat. Kedudukannya digantikan oleh Gajah
Enggon.
Setelah Hayam Wuruk wafat,
Kusumawardhani menggantikan ayahnya. Ia menikah dengan Wikrama Wardhana. Atas
nama istrinya, ia ikut memerintah. Tahun 1400 M, Kusumawardhani wafat.
Adapun kitab-kitab yang ditinggalkan
Kerajaan Majapahit adalah Kitab Arjunawiwaha, Kitab Kunjarakarna, Kitab
Parthayajna, Kitab Sundayana, Kitab Jorandaka, Kitab Ranggalawe, Kitab Panjiwijayakrama,
Kitab Usana Jawa, Kitab Usana Bali. Candi-candi yang ditinggalkannya adalah
Candi Panataran, Candi Tegalwangi dan Candi Surawana, Candi Tikus, Candi
Jabung, Candi Brahu, dan Candi Bajang.
Majapahit runtuh karena Perang
Paragreg, banyak daerah kekuasaan mengundurkan diri, tidak ada tokoh kuat
pengganti Hayam Wuruk dan Gajah Mada, angkatan perang yang lemah sepeninggal Gajah
Mada dan Hayam Wuruk, dan mulai masuknya pengaruh agama Islam, dan berdirinya
Kerajaan Demak.
chips !
BalasHapusCoin Casino: Play for Free, Bitcoin & Real Money in
BalasHapusCasinoGames.io review All Coin Casino games; Games offered by: · Baccarat; Roulette; 코인카지노 가입쿠폰 Video Poker; Keno; Craps; Slots; Live Casino
Borgata Hotel Casino & Spa | NJMGM
BalasHapusWith its stunning waterfront 고양 출장마사지 setting and award-winning rooms, Borgata Hotel Casino & Spa is 김포 출장안마 the 제주 출장샵 perfect destination for exploring the Rating: 3 제주 출장안마 · 12 정읍 출장안마 reviews