Kamis, 25 April 2013

Kerajaan Mataram Lama, Medang, Kediri, Singasari, Sriwijaya, dan Kerajaan Majapahit


Kerajaan Mataram Lama

Kerajaan Mataram Lama terletak di Jawa Tengah, letak tepatnya di Magelang. Pusat pemerintahannya terletak diperkirakan diantara daerah Kedu sampai sekitar Prambanan. Sumber-sumber sejarah kerajaan Mataram Lama diketahui dari prasasti-prasasti Kerajaan Mataram Lama, yaitu :
1.      Prasasti Canggal, ditemukan di desa Canggal. Berbentuk batu tulis dengan huruf Pallawa berbahasa Sansekerta (732 M, Raja Sanjaya memeluk agama Hindu Siwa)
2.      Prasasti Kalasan, ditemukan di sebelah timur Yogyakarta. Berangka tahun 778 M, dengan huruf Pranagari berbahasa Sansekerta. (Raja Rangkai Panangkaran [Kerajaan Syailendra] mendirikan bangunan suci {Dewi Tara}dan biara {Pendeta})
3.      Prasasti Kedu/Mantyasih, ditemukan di Kedu, tertulis di lempeng tembaga berangka tahun 907 M. (Pemberian hadiah tanah kepada 5 patih di Mantyasih yang berjasa besar. Dan juga nama raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Lama)
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram Lama adalah Raja Sanna, Raja Sanjaya, Raja Wawa, dan Mpu Sindok. Pada saat jaman pemerintahan Raja Sanjaya, kemakmuran dan kejayaan dipertahankannya. Setelah masa pemerintahan Rakai Panangkaran berakhir, Mataram Lama terpecah menjadi 2. Raja Mataram yang terakhir, yaitu pada tahun 924 M – 929 M adalah Raja Wawa. Pada saat Raja Wawa memerintah, banyak terjadi kekacauan dalam negeri. Setelah Raja Wawa wafat, kekuasaan dipegang oleh Mpu Sindok.
Keruntuhan Kerajaan Mataram Lama semakin jelas saat pemerintahan Mpu Sindok. Keruntuhan yang dialami oleh Kerajaan Mataram Lama adalah karena adanya perang antarsaudara dan Mpu Sindok memindahkan letak serta mengganti nama dinastinya menjadi Dinasti Isyana.
Kerajaan Mataram Lama berakhir di Jawa Timur digantikan dengan Kerajaan Medang.

Kerajaan Medang

Kerajaan Medang terletak di Jawa Timur dan didirikan oleh Mpu Sindok. Pusat pemerintahannya di Watan Mas, sekitar Lembah Sungai Brantas. Prasasti-prasasti peninggalan dari kerajaan Medang yang menunjukkan sejarah kerajaan Medang adalah :
1.      Prasasti Mpu Sindok dari daerah Jombang. Ditemukan di Desa Tangeran dan berangka tahun 833 M. (Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya, Sri Wardhani Pu Khbin)
2.      Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil. Ditemukan di Bangil tanpa tertulis tahun. (Mpu Sindok memerintahkan pembuatan candi untuk tempat pemakaman ayah dari permaisurinya yang bernama Rakyan Bawang)
3.      Prasasti Mpu Sindok dari daerah Ngajuk. Ditemukan di Desa Lor, Ngajuk Jawa Timur (terdapat di candi Ngetos) dan berangka tahun 929 M. (Mpu Sindok memerintahkan pembuatan candi bernama Jayamrata an Jayastambha [tugu kemenangan], peringatan Kerajaan Medang memperoleh kemenangan dalam melawan pasukan Sriwijaya di Desa Anjuk Ladang)
4.      Prasasti Kalkuta. Tidak berangka tahun. Ditulis oleh Airlangga. (Silsilah keturunan Mpu Sindok)
Selain dari prasasti-prasasti, sejarah Kerajaan Medang juga dapat ditemukan dari Berita Cina dan Berita India.
Berita Cina : Ditulis pada masa Dinasti Sung. Menjelaskan bahwa diantara Kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan yang berada di Jawa sedang terjadi pertikaian.
Berita India : Menyatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di India untuk menahan serangan dari Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
Sejak berdirinya hingga berakhirnya Kerajaan Medang, raja-raja yang memerintah di sana adalah Mpu Sindok (929 M – 947 M), Sri Isyana Tunggawijaya (947 M – 990 M), Dharmawangsa (991 M – 1016 M), dan terakhir Airlangga (1019 M – 1042 M).
      Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Rakai-i-Hino Isyana Wikramadharmutunggadewa. Mpu Sindok memeluk agama Hindu Siwa, namun membuat kitab suci agama Buddha Tantraya (Sang Hyang Kamahayanika). Setelah meninggal, kedudukannya sebagai raja digantikan oleh seorang ratu yang merupakan putrinya yang bernama Sri Isyana Tunggawijaya. Sri Isyana Tunggawijaya kemudian menikah dengan Lokapala dan melahirkan anak laki-laki bernama Makutawangsawardhana. Makutawangsawardhana kelak kemudian akan menggantikan ibunya.
      Dharmawangsa adalah seorang raja yang gagah berani. Nama lengkapnya adalah Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa. Ia bercita-cita dapat menguasai seluruh Jawa dan daerah lain disekitarnya. Untuk mewujudkannya, Dharmawangsa menyerbu dan berhasil melemahkan Sriwijaya. Kerajaan mendapatkan masa puncak kejayaannya saat pemerintahan Airlangga yang bergelar Sri Maharaja Rakai Halu Lokeswara Airlangga Anantawikramatunggadewa. Untuk menghindari adanya perebutan kekuasaan di antara kedua putranya, Airlangga lalu memecah kerjaan menjadi dua dengan bantuan Mpu Bharada.
1.      Kerajaan Kediri : Beribu kota di Daha dan diperintah oleh Samarawijaya
2.      Kerajaan Jenggala : Beribu kota di Kahuripan dan diperintah oleh Mapanji Garasakan
Kedua kerajaan ini nantinya akan hancur karena perang saudara.
Peninggalan lainnya adalah kitab Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa. Kerajaan Medang juga banyak membangun tempat suci dan asrama yang membangun jiwa toleransi rakyat yang besar.
Hancurnya Kerajaan Medang dikenal dengan Pralaya dimana saat itu tahun 1016, Dharmawangsa sedang melangsungkan pernikahan putrinya dengan Airlangga ketika Raja Wurawari yang dibantu oleh Kerajaan Sriwijaya secara mendadak menyerang Kerajaan Medang.

Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri terletak di Jawa Timur, di sekitar Sungai Brantas, dan beribu kota di Daha. Sejarah kerajaan Kediri terdapat dalam prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Kediri :

1.      Prasasti Sirah Keting, berangka tahun 1104 M. Berisi tentang pemberian hadiah berupa  tanah dari Raja Jayawana kepada rakyat desa.
2.      Prasasti Tulungagung dan Kertosono, diperkiran berangka tahun 1118 M – 1130 M. Berisi tentang permasalahan yang berkaitan dengan hal keagamaan.
3.      Prasasti Ngantang, berangka tahun 1135 M. Berisi tentang Jayabaya memberikan hadiah berupa tanah yang bebas dari pajak kepada rakyat di Desa Ngantang.
4.      Prasasti Jaring, berangka tahun 1181 M, ditulis oleh Raja Gandra. Berisi tentang sejumlah nama hewan yang dijadikan pangkat atau gelar pejabat kerajaan Kediri (misalnya Kebo Waruga atau Tikus Jinada)
5.      Prasasti Kamulan, berangka tahun 1194 M. Berisi tentang Kertajaya yang berhasil mengalahkan musuh yang menggangu istana di Katangkatang.

Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri antara lain adalah Sri Samarawijaya (1040 – 1059 M), Sri Bameswara (1112 – 1130 M), Jayabaya (1135 – 1157 M), Sri Sarweswara, Aryeswara, Sri Gandra, Kameswara (1182 – 1185 M), dan terakhir Kertajaya atau Dandang Gendis (1185 – 1222 M).
Sri Samarawijaya ketika memerintah, antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Jenggala selalu muncul pertikaian yang memperebutkan wilayah kekuasaan. Pada saat masa pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mengalami masa kejayaan. Pada masa pemerintahan Jayabaya, Mpu Sedah berhasil menyusun kitab Baratayudha, di dalamnya terdapat nama Jayabaya, karyanya dilanjutkan oleh Mpu Panuluh. Jayabaya menulis buku Jangka Jayabaya atau Keropak Jayabaya yang mana di dalamnya terdapat ramalam Jayabaya yang menulis ‘kelak akan ada Ratu Adil yang akan memerintah Indonesia’.
Pada masa pemerintahan Kertajaya, banyak terjadi perselisihan dengan kaum Brahmana yang dimanfaatkan oleh Ken Arok. Upaya Ken Arok untuk merebut Kerajaan Kediri pun berhasil dengan cara menyerbu Kerajaan Kediri dan pertempuran benar-benar terjadi Desa Ganter tahun 1222 M. Kertajaya gugur dan berakhirlah Kerajaan Kediri.
Namun, masih ada prestasi-prestasi dan peninggalan lainnya selain prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Kediri, yaitu Candi Tuban, Candi Panataran, Candi Tangkilan, Keropak Jayabaya (Jayabaya), Cerita Gatutkacasraya dan Hariwangsa (Mpu Panuluh) serta Kitab Baratyudha (Mpu Sedah). Kerajaan Kediri juga membuat dua prestasi, yaitu memiliki mata uang emas dan memeliki aturan pajak yang baik.

Kerajaan Singasari

Setelah Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, ia segera membangun dinasti baru yang diberi nama Dinasti Rajasa dan sekaligus mendirirkan Kerajaan baru bernama Singasari pada tahun 1222 M. Kerajaan Singasari terletak di Malang, Jawa Timur. Sumber sejarah-sejarah Kerajaan Singasari berasal dari beberapa kitab, peninggalan purbakala, dan berita Cina.
1.      Prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan oleh kerabat Raja Singasasri pada masa pemerintahan Wisnuwardhana. Berisi tentang keadaaan politik Kerajaan Singasari tahun 1255 M.
2.      Kitab Pararaton yang menceritakan tentang keberadaan raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari, salah satunya Ken Arok. Di kitab ini diceritakan bahwa Ken Arok adalah anak titisan Dewa Brahma yang dilahirkan oleh wanita petani. Saat muda, Ken Arok dilindungi oleh dewa-dewa apa pun aktivitasnya. Dengan bantuan Danghyang Lohgawe, Ken Arok dapat mengabdi kepada Tunggul Ametung (Bupati di Tumapel).
3.      Kitab Nagarakartagama yang Menjelaskan hubungan silsilah raja-raja Majapahit dengan raja-raja Singasari.
4.      Berita Cina yang Menyatakan bahwa Kaisar Khubilai Khan dari Cina mengirim pasukkannya untuk menyerang Singasari.
5.      Candi dan arca. Candi Singasari (tempat penyimpanan abu raja Kartanagara), Candi Kidal (tempat menyimpan abu Anusapati), Arca Ken Dedes, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi.

Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari adalah Ken Arok                    (1222 – 1227 M), Anusapati atau Kalagemet (1227 – 1248 M), Tohjaya (1248 M), Ranggawuni (1248 – 1268 M), dan Kartanagera atau Joko Dolok (1268 – 1292 M).
            Setelah Ken Arok berhasil mengalahkan Tunggul Ametung, kedudukan Tunggul Ametung digantikan oleh Ken Arok. Istri Tunggul Ametung, Ken Dedes, diperistri oleh Ken Arok. Kemudian, ia mempersatukan wilayah Tumapel dan Kediri menjadi Kerajaan Singasari. Anusapati naik tahta menggantikan Ken Arok dan memerintah selama 21 tahun.
Tohyaja naik tahta Setelah ia mengalahkan Anusapati dengan perlombaan menyabung ayam. Tohyaja hanya memerintah beberapa bulan saja karena pemerintahannya selalu diberontak oleh saudara tirinya, Ranggawuni dan Mahesa Campaka. Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana, namun pada prasasti Maribog, Ranggawuni bergelar Mapanji Sminingrat. Ranggawuni dibantu oleh Mahesa Campaka yang menjabat sebagai Ratu Angabaya dengan gelar Narasinghamurti.
Kartanagara naik tahta menggantikan ayahnya (Ranggawuni) dan bergelar Sri Maharajadhiraja Sri Kartanagara. Ia merupakan raja terbesar di Singasari. Pada masa pemerintahannya ia berkali-kali mendapat utusan dari Kubilai Khan. Kartanagara mendapat ancaman yang sangat serius, namun Kartanagara tetap tidak mau mengakui kekuasaan Cina-Mongol. Ia pun membuat garis pertahanan “Pahang – Tanjungpura”. Tahun 1289, dating rombongan utusan dari Kerajaan Cina-Mongol, dipimpin oleh Meng-ki agar Kertanagara mengakui kekuasaan Kaisar Kubilai-Khan. Raja Kartanagara menolak dengan cara melukai utusan dan disuruh pulang. Upaya untuk membalasnya, Khubilai-Khan (Kubilai-Khan, atau juga bisa Kublai-Khan) menyiapkan tentara untuk menghukumnya, namun karena perjalan jauh dari Cina ke Jawa butuh waktu yang lama, maka tahun 1292 M, ketika tentara Cina sudah sampai, Raja Kartanagara sudah gugur karena diserang oleh Jayakatwang dari Kediri. Tamatlah riwayat Kerajaan Singasari karena sudah dikuasai oleh Jayakatwang.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari antara lain adalah Candi Kidal, Candi Jago, Patung Ken Dedes, Patung Joko Dolok. Singasari juga sudah berhasil menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka.

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya terletak di . Prasasti-prasasti yang menunjukkan sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah :
1.      Prasasti Kedudukan Bukit, berangka tahun 683 M. Ditemukan di dekat kota Palembang. Berisi tentang Dapunta Hyang melakukan perjalanan untuk mendapatkan Siddhyatra.
2.      Prasasti Talang Tuo, ditemukan di sebelah barat Palembang, berangka tahun 684 M. Menceritakan tentang pembuatan Taman Srikseta oleh Daputa Hyang untuk kemakmuran rakyat.
3.      Prasasti Telaga Batu, ditemukan di dekat Palembang. Menceritakan tentang kutukan terhadap siapa pun yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah raja.
4.      Prasasti Karang Berahi, ditemukan di pedalaman Provinsi Jambi, berangka tahun 686 M. Menceritakan tentang permintaan kepada dewa untuk menghukum orang yang menjahati Sriwijaya.
5.      Prasasti Kota Kapur, ditemukan di Kota Kapur, berangka tahun 686 M. Menceritakan tentang usaha Sriwijaya untuk menundukkan Tarumanegara yang dipandang tidak setia kepada Sriwijaya.
6.      Prasasti Palas Pasemah, ditemukan di Lampung. Menceritakan tentang Lampung Selatan yang telah diduduki Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 M.
7.      Prasasti Bukit Siguntang, ditemukan di Palembang dalam bentuk arca Buddha.
8.      Prasasti Ligor, ditemukan di Thailand, berangka tahun 775 M. Terdiri dari dua bagian, depan dan belakang. Bagian depan Berisi tentang bangunan Trisamaya Caiya, Awalokiterwara, dan Wajrapani. Bagian belakang Berisi tentang Raja Wisnu dan keluarga Sri Maharaja Syailendra.
9.      Prasasti Kanton, menceritakan tentang bantuan Raja Sriwijaya dalam memperbaiki kuil agama di Thao di Kanton.
10.  Prasasti Nalanda, ditemukan di Benggala, India, berangka tahun 860 M. Menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa membangun tempat tinggal untuk pelajar dan sebuah biara.

Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang, Balaputradewa, dan Sanggrama Wijayatunggawarman.
Dapunya Hyang, sejarahnya dapat diketahui dari Prasasti Kedudukan Bukit. Dapunta Hyang berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Jambi dengan menduduki daerah Minangatamwan. Sejarah Balaputradewa dapat kita lihat dari Prasasti Nalanda. Sanggrama Wijayatunggawarman adalah raja yang membantu memperbaiki kuil agama Thao di Kanton.s
Sriwijaya adalah kerajaan maritim. Puncak kejayaannya berada pada abad ke-8 dan ke-9, ketika itu masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Tahun 850 M, ia naik tahta dan membangun kerajaan yang besar dan wilayah kekuasaan yang sangat luas. Salah satu wilayah kekuasaannya adalah ekonomi perdagangan pelayaran Asia Tenggara. Namun, Kerajaan Sriwijaya hancur karena banyaknya perang, wilayah taklukan banyak yang melepaskan diri, dan wilayah kekuasaannya terlalu besar. Candi yang ditinggalkan oleh Kerajaan Sriwijaya adalah Prasasti Muara Takus.

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berdiri tahun 1293 M dengan pusat pemerintahan di Mojokerto. Sejarah-sejarah kerajaan Majapahit dapat dilihat dari prasasti-prasastinya dan kitabnya :
1.      Prasasti Bulak, ditulis oleh Raden Wijaya tahun 1294 M, Berisi tentang peristiwa Keruntuhan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya mendirirkan Kerajaan Majapahit.
2.      Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular yang terdapat kalimat “Bhineka Tunggal Ika”, digunakan untuk Menyatakan ajaran Hindu-Buddha berbeda namun memiliki asas yang sama.
3.      Kitab Nagarakertagama, karya Mpu Prapanca yang Berisi tentang Silsilah Kerajaan Singasari dan perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
4.      Kitab Pararaton, Berisi uraian riwayat pemerintahan Kerajaan Singasari dan Majapahit.
5.      Kidung Harsawijaya dan Kidung Wijayakrama, berisi kisah Raden Wijaya mengahadapi musuh dari Kediri dan awal perkembangan Kerajaan Majapahit.
6.      Kidung Sundalaya, berisi “Peristiwa Bubat ” dalam upaya Majapahit menguasai Kerajaan Pakuan Pajajaran yang belum mengaku kekuasaan Kerajaan Majapahit,
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya (1293 – 1309 M), Jayanegara atau Kala Gemet (1309 – 1328 M), Tribhuwanatunggadewi (1328 – 1350 M), Hayam Wuruk (1350 – 1389 M), Wikrama Wardhana (1389 – 1429 M), Wikramawardhana (1429 M), Suhita (1429 – 1447 M), Kertawijaya (1447 – 1451 M), Rajawardhana (1451 – 1453 M), Purwawisesa (1456 – 1466 M), dan Simba Wikramawardhana (1466 – 1478 M).
            Raden Wijaya  menjadi Raja Majapahit setelah ia memanfaatkan ketidaktahuan pasukan Cina-Mongol untuk menyerang Kediri dan membunuh Jayakatwang serta Ardharaja. Tahun 1292 M, dengan dukungan rakyat dan pasukan Singasari, Raden Wijaya naik tahta menjadi raja dengan gelar Kertajasa Jayawardhana, namun tahun 1309 M, Raden Wijaya wafat. Jayanegara bergelar Sri Jayanegara. Diantara pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Majapahit, Kuti adalah pemberontak yang paling berbahaya karena berhasil menduduki ibu kota dan hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Berkat usaha Gajah Mada, Kuti berhasil ditumpas. Berkat jasanya, Gajah Mada menjadi patih Kahuripan dan Kediri.
            Penguasa berikutnya Putri Gayatri, namun beliau telah menjadi seorang bhiksuni, jadi diwakili oleh putrinya, Tribhuwanatunggadewi. Dengan gelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Tribhuwanatunggadewi menikah dengan Cakradara dan melahirkan Hayam Wuruk tahun 1334 M. Pada saat memerintah, terjadi pemberontakkan Sadeng. Berkat usaha Gajah Mada, tahun 1331 M ia diangkat menjadi mahapatih Kerajaan Majapahit. Tahun 1350, Gayatri wafat, dan putrinya menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Hayam Wuruk yang baru berusia 16 tahun.
            Hayam Wuruk naik tahta dan mendapatkan gelar Rajasanegara yang menjadi raja terbesar di sejarah Kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk dibantu oleh Gajah Mada dalam hal pemerintahan dan sipil maupun militer. Upaya mensatukan Kerajaan Pajajaran ke dalam kekuasaan Majapahit, Gajah Mada menikahkan Hayam Wuruk dengan Diah Pitaloka, putri Sri Baduga Maharaja. Upaya ini semula berjalan lancar, namun ketika sedang melangsungkan pernikahan, rombongan Pajajaran datang karena adanya perselisihan paham. Akhir tahun 1364, Gajah Mada wafat. Kedudukannya digantikan oleh Gajah Enggon.
            Setelah Hayam Wuruk wafat, Kusumawardhani menggantikan ayahnya. Ia menikah dengan Wikrama Wardhana. Atas nama istrinya, ia ikut memerintah. Tahun 1400 M, Kusumawardhani wafat.
            Adapun kitab-kitab yang ditinggalkan Kerajaan Majapahit adalah Kitab Arjunawiwaha, Kitab Kunjarakarna, Kitab Parthayajna, Kitab Sundayana, Kitab Jorandaka, Kitab Ranggalawe, Kitab Panjiwijayakrama, Kitab Usana Jawa, Kitab Usana Bali. Candi-candi yang ditinggalkannya adalah Candi Panataran, Candi Tegalwangi dan Candi Surawana, Candi Tikus, Candi Jabung, Candi Brahu, dan Candi Bajang.
            Majapahit runtuh karena Perang Paragreg, banyak daerah kekuasaan mengundurkan diri, tidak ada tokoh kuat pengganti Hayam Wuruk dan Gajah Mada, angkatan perang yang lemah sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk, dan mulai masuknya pengaruh agama Islam, dan berdirinya Kerajaan Demak.

3 komentar:

  1. Coin Casino: Play for Free, Bitcoin & Real Money in
    CasinoGames.io review All Coin Casino games; Games offered by: · Baccarat; Roulette; 코인카지노 가입쿠폰 Video Poker; Keno; Craps; Slots; Live Casino

    BalasHapus
  2. Borgata Hotel Casino & Spa | NJMGM
    With its stunning waterfront 고양 출장마사지 setting and award-winning rooms, Borgata Hotel Casino & Spa is 김포 출장안마 the 제주 출장샵 perfect destination for exploring the  Rating: 3 제주 출장안마 · ‎12 정읍 출장안마 reviews

    BalasHapus